Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono mengatakan tingkat penularan tuberkulosis (TBC) di lembaga pemasyarakatan (lapas) jauh lebih tinggi dibandingkan di lingkungan terbuka, sehingga pihaknya memastikan seluruh tahapan skrining hingga pemberian pengobatan berjalan optimal.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu, dia mengatakan pihaknya dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kemen Imipas), serta Kementerian Sosial (Kemensos) melakukan peninjauan proses pemeriksaan TBC dan pemeriksaan kesehatan gratis di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang, Banten.
Dalam skrining ini, katanya, sebanyak 218 warga binaan di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang menjalani pemeriksaan TBC dengan metode Active Case Finding, yang mencakup pemeriksaan rontgen dada dan Tes Cepat Molekuler (TCM) bagi yang diduga mengidap TBC.
“Kita hadir di sini untuk sebuah nilai kemanusiaan bahwa setiap hidup harus selalu diperhatikan, setiap harapan harus selalu diupayakan, termasuk upaya skrining kesehatan bagi ibu-ibu warga binaan,” ujar Dante.
Selain itu, kata dia, lapas adalah tempat dimana satu kamar diisi oleh banyak orang, dan jika ada satu orang tertular TBC, maka semua penghuni kamar harus diskrining. Oleh karena itu, warga binaan akan diskrining untuk menemukan kasus TBC.
Bagi yang terdiagnosis, katanya, segera diberikan pengobatan, sementara bagi yang tidak, dilakukan tindakan pencegahan.
Ada juga pemeriksaan kesehatan gratis melalui paket cepat yang mencakup 10 pemeriksaan, antara lain skrining merokok, status gizi, tingkat aktivitas fisik, tekanan darah, gula darah, TBC, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, kesehatan jiwa, dan geriatri.
"Mengingat sasaran adalah warga binaan perempuan, skrining juga meliputi IVA test, SADARI, serta tes cepat untuk HIV, Hepatitis B, dan Hepatitis C," ujarnya.
Dia berharap upaya skrining tersebut bermanfaat bagi ibu-ibu yang sedang dibina di lapas, sehingga usai pembinaan tersebut, mereka hidup di tengah masyarakat kembali sebagai warga negara yang sehat dengan hak yang setara dengan yang lainnya.
Wakil Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Silmi Karim menyoroti kondisi overcrowding atau jumlah orang yang melebihi kapasitas di lapas, sehingga risiko penularan TBC meningkat hingga 10 kali lipat dibandingkan masyarakat umum.
“Dengan kapasitas seharusnya 140 ribu orang, kini jumlah penghuni lapas mencapai 280 ribu. Ini membuat penularan penyakit sangat cepat, tidak hanya bagi warga binaan, tetapi juga petugas dan pengunjung,” ujar Silmi.
Dalam keterangan yang sama, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Veronika Tan melihat program ini sebagai kesempatan bagi warga binaan untuk tetap produktif.
“Hari ini, selain skrining TBC, ada juga pemeriksaan IVA. Ini menjadi titik awal pemberdayaan perempuan agar mereka memiliki tekad untuk perubahan,” ujar Veronica.
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025