
Menghidupi Pancasila
Pancasila tak hanya perlu ditopang teori-teori sosial-politik yang relevan. Ia juga butuh disokong diskursus berbagai paham dan pemikiran politik lain. [1,590] url asal

Secara politis, Pancasila disebut common denominator atau titik temu dari berbagai pandangan dan paham politik yang berkembang kala negara Indonesia tengah dirumuskan. Ia didaku sebagai philosofische grondslag atau falsafah hidup dari bangsa-bangsa di Nusantara yang menjadi dasar berdirinya negara Republik Indonesia. Sejak "dilahirkan" 79 tahun yang lalu Pancasila terus membersamai bangsa dan negara ini dengan segala kekuatan dan kelemahannya.
Selama Republik ini berdiri, Pancasila telah membuktikan "kesaktiannya" sedemikian rupa hingga ia mampu bertahan dalam gelombang dera gugatan dan keraguan terhadapnya. Di masa Konstituante, misalnya, Pancasila bertahan dari kehendak lama yang bersemi kembali pasca-Pemilu 1955. Di masa pergolakan 1965, Pancasila didengungkan kesaktiannya meski ia sekadar kamuflase dari sebuah siasat politik. Setelah itu, Pancasila bahkan dimistifikasi sedemikian rupa hingga menjadi penjaga kekuasaan Orde Baru.
Pasca-Reformasi '98, Pancasila terjerembab ke pojokan arena lahirnya kembali politik aliran dan era kebebasan. Pancasila seperti pepatah "hidup segan mati tak mau". Ia tak mati namun juga tak punya daya hidup. Ia tak bisa disingkirkan namun juga hanya mampu berposisi seperti pataka di acara-acara formal kenegaraan. Sampai ketika bangunan Republik ini terancam oleh gelagat sektarianisme, nama Pancasila kembali disebut: "Saya Indonesia, saya Pancasila!" begitu slogan ini begitu riuh pada medio 2017, kala bangsa ini berada dalam polarisasi sosial paling tajam setelah prahara 1965.
Dalam perjalanannya, Pancasila kembali mulai menggeliat. Sebagian anak bangsa menggelar berbagai ruang diskursus guna membincang kembali hingga melakukan redefining atas Pancasila dewasa ini. Hasilnya, Pancasila tetap disunggi oleh mayoritas anak bangsa ini. Ia tetap menjadi pilihan yang paling masuk akal bagi mayoritas, sebagai dasar dibangun dan dipertahankannya Republik ini. Survei SMRC pernah menunjukkan hal tersebut. Lebih dari 90 persen warga bangsa ini menyatakan bahwa Pancasila adalah pilihan paling pas serta rumusan terbaik. Ia tidak boleh diubah atas alasan apapun.
Meski demikian, Pancasila hari ini tetap berada dalam problem klasiknya. Ia masih belum mampu keluar dari jebakan lamanya. Pancasila masih sekadar dekorasi ketimbang sumber nilai kehidupan penghuni Republik ini. Pancasila seperti patah kaki ketika dituntut mewujud sebagai praksis bernegara. Pancasila kerap terkungkung dalam pelbagai mitologi dan mistifikasi yang dibangun atas nama dirinya. Namanya sering disebut namun kering dalam pemaknaan. Ia seperti mantra yang seketika akan menyirep siapapun yang mendengarnya. Namun ketika mantra hilang, hilang pula pengaruhnya dalam kehidupan ini. Pendek kata, ada kelemahan dalam diri Pancasila itu sendiri.
Ya! Pancasila memang memiliki kelemahan. Kelemahannya bahkan disebut ada di dalam dirinya sendiri. Kelemahan itu berada pada soal metodologi. Pancasila bolong di titik ini. Di level ontologi dan epistemologi, Pancasila tidak punya masalah. Namun di level metodologis, Pancasila selalu membutuhkan penopang agar mampu benar-benar "hidup".
Demokrasi Terpimpin dan Orde Baru pernah mencoba merumuskan metodologi ini lewat Manipol/USDEK dan Penataran P4. Namun seperti kita lihat dalam sejarah, keduanya tak mampu berjalan dengan baik. Manipol terongrong oleh pergulatan ekstrem dari berbagai spektrum ideologi yang justru hidup dalam naungan Pancasila itu sendiri. Sementara oleh P4, Pancasila bermetamorfosis menjadi alat kekuasaan sekaligus dimistifikasi sebagai satu-satunya ideologi sah negara.
Ada banyak evaluasi mengapa dua metodologi tersebut tidak berjalan dengan baik. Salah satu yang paling mendasar adalah pendekatan deduktif yang digunakannya. Selama ini Pancasila selalu berangkat dari atas ke bawah, bukan sebaliknya. Pancasila menjadi bahan sekaligus ruang indoktrinasi, bukan aspirasi pemikiran yang menghidupi langit kebudayaan nasional kita. Singkat kata, selama ini Pancasila selalu berangkat dari bidang ke titik, bukan dari titik ke bidang.
Perubahan Basis Material
Tidak hanya problem metodologis, Pancasila juga mengalami kendala eksternal berupa perubahan basis material kebudayaan warga bangsa ini. Semestinya, Pancasilalah yang menghidupi segenap perikehidupan bangsa dan negara. Ia adalah falsafah bangsa. Ia dasar didirikannya negara ini. Ia adalah sumber dari segala sumber hukum kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia adalah suprastruktur kehidupan bangsa dan negara ini. Sebagaimana ideal kerja kebudayaan, suprastruktur yang semestinya menentukan struktur berikut infrastruktur suatu komunitas sosial.
Namun akibat modernisme, modernisasi, dan juga modernitas yang melanda segenap sendi kehidupan manusia di muka bumi ini, terjadilah apa yang disebut oleh Ignas Kleden dengan perubahan basis material kebudayaan (Arif, 2016). Basis material itu ialah subjek-subjek kebudayaan yang dalam ini adalah manusia. Impaknya adalah kognisi sosial berubah seiring berubahnya cara kerja, cara hidup, hingga cara berpikir mereka. Di tahap ini, yang berlaku bukan lagi ideal kerja kebudayaan melainkan tesis dari Karl Marx di mana infrastrukturlah yang menentukan suprastruktur.
Akibat lebih jauhnya, modernitas menyisakan patologi bagi corak kebudayaan suatu komunitas sosial. Dalam konteks Indonesia, bangsa ini "kehilangan" bintang penuntun akibat malfungsi Pancasila sebagai sistem nilai serta sistem kebudayaan nasional. Di level kenegaraan, kita pun terjebak dalam pelbagai bentuk materialisasi serta instrumentalisasi kehidupan politik/kepublikannya. Saya menyebut semua ini sebagai "kewadagan".
Maka yang disebut pembangunan adalah pembangunan gedung, bangunan, atau segala yang beraras pada infrastrukturisme. Yang disebut demokrasi adalah ketika suara massa netizen bergemuruh. Yang disebut pemilu adalah tingginya angka elektabilitas berikut modal yang menyertainya. Yang disebut kemajuan ialah tingginya angka perkapita. Yang dimaksud kesejahteraan hanyalah angka pertumbuhan. Dan dalam pada itu, dunia pendidikan pun jauh dari narasi pembangunan nasional dan hanya disesaki oleh soal berapa harga yang harus dibayar oleh pesertanya.
Maka tidak heran jika respon-respon negara atas pelbagai masalah kepublikan, dijawab oleh pendekatan instrumental yang langsung menuai gugatan dan kontroversi. Kasus Tapera dan UKT adalah contoh aktualnya. Semua respons terasa serba instan dan tambal sulam. Ia tidak berangkat dari kedalaman refleksi yang beralaskan keluhuran nilai dan keutamaan sikap.
Pada level lebih jauh, kewadagan ini telah merasuk pada relasi sosial dan politik di level bangsa. Gagasan dan ide jauh tersisih oleh figur, lebih-lebih figur yang berkuasa atau yang punya kewadagan lebih. Orang bisa bersepakat tentang apa saja sepanjang itu memberi keuntungan. Yang disebut keuntungan pun mesti wadag wujudnya. Nilai (value) dan keutamaan (virtue) jadi teramat relatif; yang solid adalah penghambaan pada segala yang wadag berikut penampakan benefit yang menyertainya. Keberpihakan tidak pernah jejeg karena selalu tidak kuat iman didera godaan maupun ancaman yang sama-sama wadag. Fanatisme pun lahir bukan dari dan pada nilai atau ide, melainkan pada segala bentuk kewadagan tadi.
Dalam segala manifestasi kewadagan ini, kita menyaksikan Pancasila terus berada di pinggiran sejarah dan dialektika bangsa hingga hari ini. Di titik inilah Pancasila mengalami apa yang disebut oleh Syaiful Arif (2016) sebagai "entropi Pancasila": suatu kondisi di mana Pancasila sebagai sistem nilai tidak mampu beroperasi dan membentuk sistem perilaku pada ranah kehidupan sosial-politik masyarakatnya.
Menyublim Kewadagan
Maka lengkaplah sudah "derita" yang dialami oleh Pancasila. Dari dalam, ia patah kaki dan tangan karena problem metodologis; dari luar, ia terus diterjang perubahan basis material kebudayaan subjek-subjeknya. Maka ia pun lumpuh selumpuh-lumpuhnya. Sebagai sistem nilai, ia tak mampu membentuk sistem sosial, politik, budaya, yang selaras dengan sistem nilai dan sistem makna yang dikandungnya. Pancasila tak berdaya untuk benar-benar menjadi spirit republikanisme di alam kehidupan negara ini.
Tidak hanya tak berdaya, Pancasila hari ini bahkan dikangkangi oleh satu-satunya paham dan pemikiran yang tidak terkandung dalam dirinya: liberalisme! Kelima sila dalam Pancasila merefleksikan berbagai macam paham dan pemikiran dunia. Hanya liberalisme yang selama ini tidak diakomodasi oleh Pancasila! Namun yang tidak diakomodasi itulah justru yang kini men-drive kehidupan bangsa dan negara ini. Liberalismelah yang justru menjadi the ruling value dalam setiap tarikan napas dan gerak berbangsa dan bernegara kita hari ini. Dan, inilah kewadagan yang paling manifestatif yang malu-malu kita akui.
Maka, alih-alih menghidupi kita, kitalah yang kini mesti menghidupi Pancasila. Kitalah yang harus merintis berbagai upaya guna menyublimkan segala yang wadag itu agar berada dalam nilai dan kebudayaan Pancasila. Kitalah yang harus merohanikan yang serba material itu dalam kesadaran spiritualitas Pancasila. Mau bagaimana lagi. Segala pendekatan deduktif selama ini terbukti tak mampu menghidupkan Pancasila hingga hari ini. Segala bentuk lembaga maupun sejumlah ketetapan tak pernah mampu merevitalisasi Pancasila ke maqam semestinya. Segala praktik indoktrinasi akan nilai-nilai luhurnya selama ini malah berbuah kecaman, penghinaan, dan bahkan pengabaian terhadapnya.
Inilah saatnya Pancasila dikembalikan kepada "pemilik" sahnya: warga negara dan warga bangsa ini. Warga negara (citizen) merujuk pada entitas politik yang menjadi pasangan dari negara (state) sebagai lawan dialektikanya, yang dalam konteks ini berarti Pancasila menjadi alat warga untuk beroposisi. Sementara warga bangsa (nation) merujuk pada entitas sosial yang memiliki kesadaran dan tujuan yang sama dalam upaya mencapai cita-cita idealnya (utopia), yang dengan ini Pancasila, idealnya, menjadi bintang penuntun.
Sudah saatnya Pancasila di-drive dari bawah ke atas dan segala arah; dari titik ke bidang (induktif). Sudah waktunya negara menyadari bahwa Pancasila mesti disemai dari dan bukannya dicangkokkan pada warga sebagai basis material kebudayaannya. Sudah masanya kita mendemokratisasikan Pancasila.
Agar mampu menjadi praksis dalam kenyataan hidup bangsa dan negara ini, Pancasila tidak hanya perlu ditopang oleh teori-teori sosial-politik yang relevan. Ia juga butuh disokong oleh ekspresi dan diskursus berbagai paham dan pemikiran politik lain. Ia juga mesti dijadikan ruang sekaligus kerja-kerja kebudayaan warga yang ekspresinya bisa beraneka rupa cara; mulai dari menyelenggarakan lomba hingga perdebatan ideologis di lembaga-lembaga negara.
Hal ini agar Pancasila terhindar dari kepicikan cara pandang, seolah-olah kehadirannya hanya untuk menangkal sektarianisme atau fenomena serupanya. Lebih dari itu, Pancasila juga berbicara tentang bagaimana menjadi manusia yang gandrung pada keadilan dan menjunjung tinggi etika. Pancasila juga berbicara tentang bagaimana sebuah republik semestinya dibangun dan bagaimana demokrasi seharusnya dioperasikan. Pancasila juga berbicara hingga bagaimana kita, manusia, semestinya berlaku; baik sebagai penerima mandat kekuasaan (khalifah) di muka bumi sekaligus hamba di hadapan Yang Maha Kuasa.
Kita tak bisa menghidupkan Pancasila. Kita hanya mampu membuat "napas buatan" baginya lewat ketepatan mengidentifikasi persoalan dibarengi dengan kejujuran dalam bersikap dan keikhlasan dalam berbuat. Dengan begitu, semoga dengan kesadaran dan itikad ini, kita bisa mulai menyicil berbagai rupa upaya dan pemikiran sehingga Pancasila mampu hidup dan menghidupi kehidupan bangsa dan negara ini dalam gerak sejarah ke depan.
Willy AdityaAnggota MPR RI, penggiat Pancasila Di Rumahku
(mmu/mmu)
Amanat Megawati: Pancasila Lahir Tidak Melalui Jalan Mudah
"Peringatan hari lahirnya Pancasila yang kita lakukan di Ende ini tidak lain untuk lebih memahami bahwa Pancasila lahir tidak melalui jalan mudah," katanya. [256] url asal
#megawati #megawati-soekarnoputri #pdip #hari-lahir-pancasila #hari-lahir-pancasila-1-juni-2024

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan amanat dari Ketua Umum PDIP yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri. Dalam amanat itu, Megawati mengatakan proses panjang lahirnya Pancasila.
"Peringatan hari lahirnya Pancasila yang kita lakukan di Ende ini tidak lain untuk lebih memahami bahwa Pancasila lahir tidak melalui jalan mudah," kata Megawati dalam amanatnya yang dibacakan Hasto di Lapangan Pancasila, Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (1/6/2024).
Megawati mengatakan Soekarno sudah bergulat dengan pemikiran sosok dunia seperti Mahatma Gandi, Sun Yat Sen, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, Kemal Ataturk, Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh, Jean-Jacques Rousseau, Adler, Voltaire hingga Karl Marx sejak 16 tahun. Dari sana sosok Soekarno merumuskan segala problematika rakyat menjadi satu solusi yang utuh.
"Seluruh pemikiran tokoh dunia itu dibumikan dalam problematika rakyat Indonesia, guna merumuskan ide dan imajinasi tentang Indonesia Raya," ujar Hasto.
"Di kota inilah Bung Karno merumuskan falsafah pembebasan dari sosok petani yang namanya Pak Marhaen. Dari perenungan ini, lahirlah asas perjuangan PNI, yakni Sosio Nasionalisme dan Sosio Demokrasi," sambungnya.
Ia juga mengenang bagaimana Soekarno merumuskan dasar negara kala berada di tempat pengungsian. Menurutnya hal itu menjadi cara Soekarno dalam berkontemplasi.
"Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Bung Karno, 'Di Pulau Flores yang sepi dimana aku tidak memiliki kawan, aku menghabiskan waktu berjam-jam di bawah pohon sukun dan pohon di halaman rumahku, merenungkan ilham yang diturunkan oleh Tuhan yang kemudian dikenal dengan nama Pancasila. Lima butir mutiara yang indah itu aku gali jauh ke dalam bumi karena tradisi-tradisi kami sendiri," imbuhnya.
(dwr/zap)
Pidato Upacara Hari Lahir Pancasila 2024 Resmi dari BPIP
BPIP) telah merilis teks pidato upacara Hari Lahir Pancasila 2024. Hal demikian merujuk pada Surat Edaran Kepala BPIP No 2 Tahun 2024 sebagai berikut. [1,029] url asal
#hari-lahir-pancasila #hari-lahir-pancasila-1-juni #upacara-hari-lahir-pancasila #pidato-upacara-hari-lahir-pancasila #surabaya

Hari Lahir Pancasila 1 Juni biasanya dirayakan dengan menggelar upacara bendera. Dalam susunan upacara, ada penyampaian pidato Hari Lahir Pancasila.
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) telah merilis teks pidato upacara Hari Lahir Pancasila 2024. Hal demikian merujuk pada Surat Edaran Kepala BPIP No 2 Tahun 2024.
Pidato Upacara Hari Lahir Pancasila 2024 Resmi BPIP
Simak pedoman naskah pidato Hari Lahir Pancasila 2024 yang diterbitkan resmi oleh BPIP berikut ini.
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Salam Pancasila!
Saudara dan saudariku sebangsa dan setanah air,
Pada hari ini, (tanggal) 1 Juni 2024, kita memperingati Hari Lahir Pancasila. Hari ketika Bung Karno, sebagai Proklamator Kemerdekaan, Bapak Pendiri Bangsa, pertama kali memperkenalkan Pancasila melalui pidatonya pada tahun 1945 di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK).
Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2024 ini mengambil tema "Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045". Tema ini mengandung maksud bahwa Pancasila menyatukan kita dengan segala perbedaan suku, agama, budaya, dan bahasa dalam menyongsong 100 tahun Indonesia Emas yang maju, mandiri dan berdaulat.
Patut kita syukuri sebagai sebuah bangsa yang majemuk, Pancasila dan nilai-nilai yang dikandungnya menjadi bintang yang memandu kehidupan bangsa agar sesuai dengan cita-cita pendirian negara. Keberadaan Pancasila merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa untuk bangsa Indonesia. Di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai luhur yang menjunjung tinggi nilai-nilai inklusivitas, toleransi, dan gotong royong. Keberagaman yang ada merupakan berkat yang dirajut dalam identitas nasional "Bhinneka Tunggal Ika".
Dalam momentum yang sangat bersejarah ini, saya mengajak komponen bangsa di mana pun berada untuk bahu membahu membumikan nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai meja statis, Pancasila terbukti mampu mempersatukan kita dalam menghadapi beragam gelombang tantangan dan ujian sejarah, sehingga sampai dengan saat ini Indonesia tetap berdiri kokoh dan tangguh sebagai bangsa yang besar. Sedangkan sebagai leitstar dinamis, Pancasila merupakan bintang penuntun yang membawa Indonesia pada gerbang kemajuan dan kemakmuran di era globalisasi teknologi dan informasi sekarang ini.
Pancasila harus senantiasa kita jiwai dan pedomani agar menjadi ideologi yang bekerja, yang dirasakan kehadiran dan manfaatnya oleh seluruh tumpah darah Indonesia. Selain regulasi yang berlandaskan pada semangat dan jiwa Pancasila, kita juga perlu keteladanan yang tercermin dari etika, integritas, dan karakter para pemimpin dan rakyat Indonesia.
Perkembangan situasi global yang ditandai kemajuan teknologi komunikasi yang begitu pesat menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Pancasila diharapkan menjadi filter agar bangsa Indonesia tidak mengalami disorientasi di masa depan. Pesatnya kemajuan teknologi informasi saat ini yang ditandai dengan masifnya penggunaan teknologi dan ponsel pintar (smartphone) dalam mengakses informasi melalui beragam media harus dapat dimanfaatkan secara bijaksana untuk menyiarkan konten-konten dan narasi positif yang mencerminkan aktualisasi nilai-nilai Pancasila di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Lebih dari itu, saya mengajak kepada seluruh komponen bangsa untuk mengarusutamakan Pancasila dengan metode dan cara-cara kekinian dalam menyongsong bonus demografi yang akan menempatkan kaum milenial dan Gen-Z sebagai pelaku utama pembangunan bangsa.
Dengan semangat Pancasila yang kuat, saya yakin seluruh tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia akan dapat diatasi. Terlebih, di tengah krisis global yang terjadi, Indonesia berhasil menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politik. Keberhasilan tersebut tentu merupakan sumbangsih gotong royong seluruh anak bangsa dengan ideologi Pancasila sebagai fondasi dasarnya.
Kita juga patut bersyukur dan bangga bahwa bangsa Indonesia telah terbukti menjadi bangsa yang dewasa, dewasa dalam berdemokrasi, berbangsa, dan bernegara. Kita harus bersyukur dan berbangga telah melewati Pemilihan Umum yang demokratis secara aman dan damai demi tegaknya kedaulatan rakyat, konstitusi serta persatuan dan kesatuan bangsa.
Mengakhiri pidato ini, kami mengajak seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama bergotong royong merawat anugerah Pancasila melalui peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni. Kita harus bekerja sama dan berkolaborasi menjaga kerukunan dan keutuhan sebagai wujud pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Semoga peringatan Hari Lahir Pancasila ini dapat memompa semangat kita semua untuk terus mengamalkan Pancasila demi Indonesia yang maju, adil, makmur, dan berwibawa di kancah dunia. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan perlindungan dan petunjuk kepada kita semua untuk kejayaan bangsa dan negara Indonesia.
Selamat Hari Lahir Pancasila!
Terima kasih,
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Pancasila!
Susunan Upacara Bendera Hari Lahir Pancasila 2024
Upacara Hari Lahir Pancasila dilaksanakan 1 Juni 2024 pukul 07.00 WIB/WITA/WIT di seluruh instansi pemerintah, kementerian, lembaga, dan satuan pendidikan formal. BPIP juga telah membagikan susunan upacara bendera Hari Lahir Pancasila 2024. Berikut ini pedoman susunan upacaranya.
- Persiapan Upacara
- Pasukan Upacara memasuki tempat upacara
- Komandan Upacara memasuki tempat upacara
- Laporan
- Inspektur Upacara memasuki tempat upacara
- Penghormatan kepada Inspektur Upacara
- Laporan Komandan Upacara kepada Inspektur Upacara
- Pengibaran Sang Merah Putih
- Mengheningkan Cipta
- Pembacaan teks Pancasila
- Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
- Amanat Inspektur Upacara
- Pembacaan doa
- Laporan Komandan Upacara kepada Inspektur Upacara
- Penghormatan kepada Inspektur Upacara
- Inspektur Upacara meninggalkan tempat upacara
- Laporan Perwira Upacara kepada Inspektur Upacara
- Upacara selesai
Artikel ini ditulis oleh Najza Namira Putri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/fat)

Kepala BPIP Saksikan Gladi Bersih Upacara Peringatan Harlah Pancasila 1 Juni 2024
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menyaksikan langsung pelaksanaan gladi bersih persiapan upacara peringatan Hari Lahir (Harlah) Pancasila... | Halaman Lengkap [259] url asal
#bpip #hari-lahir-pancasila-1-juni #kepala-bpip-yudian-wahyudi #paskibraka-nasional-2023 #badan-pembinaan-ideologi-pancasila
(SINDOnews Ekbis) 31/05/24 14:00
v/4055/

Selain pelaksanaan gladi bersih, Kepala BPIP juga meninjau kesiapan lapangan upacara, dan pasukan serta peserta upacara. Termasuk menyapa Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Tingkat Pusat 2023.
Dalam kesempatan itu, Yudian sempat berbincang menanyakan kabar dan kesiapan Paskibraka Tingkat Pusat 2023, sejauh mana persiapan mereka jelang penugasan pada upacara peringatan Harlah Pancasila 1 Juni 2024. "Jaga kesehatan ya semuanya, agar bisa tetap fit dan optimal dalam menjalankan tugas pada saat hari H." ujarnya, Jumat (31/5/2024).
Usai berbincang dengan Paskibraka Tingkat Pusat 2023, Yudian sempat melihat cuaca di lapangan upacara. Menurutnya cuaca hari ini cukup baik dan bersahabat, dan berharap cuaca pada saat pelaksanaan upacara peringatan Harlah Pancasila 1 Juni 2024 bisa seperti hari ini.
"Syukur alhamdulillah, cuaca hari ini baik dan bersahabat, kita doakan cuaca saat nanti hari H bisa seperti saat ini. Tidak terlalu panas, tetapi juga tidak hujan." harap mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.
Hadir dalam gladi bersih tersebut, Wakil Kepala BPIP Rima Agristina, Sekretaris Utama BPIP Tonny Agung Arifianto, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Kerjasama, Sosialisasi, dan Jaringan BPIP Prakoso, Deputi Bidang Pengkajian dan Materi BPIP Surahno, serta Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi BPIP Adhianti. Serta dihadiri juga oleh sejumlah JPT Pratama di Lingkungan BPIP.
Setelah meninjau kesiapan upacara peringatan Harlah Pancasila 1 Juni 2024, Kepala BPIP bertolak menuju Executive Messhall DCC Pertamina Hulu Rokan Dumai.

Pedoman Peringatan Hari Lahir Pancasila 2024: Isi dan Link PDF
Informasi isi dan link download pedoman peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2024. Meliputi susunan upacara bendera hingga tema peringatan. [495] url asal
#hari-lahir-pancasila-2024 #hari-lahir-pancasila #pancasila #bpip #hari-lahir-pancasila-1-juni

Hari Lahir Pancasila akan segera diperingati pada tanggal 1 Juni 2024. Dalam rangka menyambut dan memperingati Hari Lahir Pancasila, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) telah merilis informasi pedoman peringatannya.
Pedoman peringatan Hari Lahir Pancasila 2024 itu termuat dalam Surat Edaran (SE) Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Nomor 1 Tahun 2024 tentang Pedoman Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2024. Berikut informasi lengkapnya:
Isi Pedoman Peringatan Hari Lahir Pancasila 2024
Dalam SE Kepala BPIP Nomor 1 Tahun 2024 tersebut berisi informasi yang memuat pedoman pelaksanaan upacara bendera peringatan Hari Lahir Pancasila tanggal 1 Juni 2024 di tingkat, di daerah, di luar negeri, dan di tingkat instansi.
Berikut isi pedomannya:
- Upacara di tingkat pusat dilaksanakan pada Sabtu, 1 Juni 2024. Dihadiri oleh Presiden, Wakil Presiden, pimpinan lembaga negara, pimpinan kementerian/lembaga, pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI), pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), para Gubernur, pimpinan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, pimpinan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), para tokoh, tamu undangan serta perwakilan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berasal dari lembaga negara dan kementerian/lembaga di tingkat pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
- Kemudian untuk pelaksanaan upacara oleh pemerintahan daerah dan kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dapat melaksanakan upacara secara luring di lingkungan instansi masing-masing pada Sabtu, 1 Juni 2024 yang paling lambat dimulai:
- Pukul 07.00 WIB untuk yang berada di wilayah Indonesia bagian barat, kecuali Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta.
- Pukul 07.00 WITA untuk yang berada di wilayah Indonesia bagian tengah.
- Pukul 07.00 WIT untuk yang berada di wilayah Indonesia bagian timur.
- Sesuai dengan waktu setempat untuk kantor perwakilan RI di luar negeri. - Selanjutnya untuk pelaksanaan upacara oleh seluruh instansi pemerintah/kementerian/lembaga dan satuan pendidikan formal untuk setiap jenjang dan jenis pendidikan melaksanakan upacara secara luring di lingkungan masing-masing, yang paling lambat dilaksanakan pada:
- Pukul 07.00 WIB untuk yang berada di wilayah Indonesia bagian barat.
- Pukul 07.00 WITA untuk yang berada di wilayah Indonesia bagian tengah.
- Pukul 07.00 WIT untuk yang berada di wilayah Indonesia bagian timur.
- Menggunakan pakaian yang ditetapkan oleh pimpinan instansi masing-masing.
Berikut link downloadnya:
Susunan Upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2024
Berikut susunan acara upacara bendera peringatan Hari Lahir Pancasila pada Sabtu, 1 Juni 2024 untuk instansi pemerintah/kementerian/lembaga dan satuan pendidikan formal:
- Persiapan Upacara
- Pasukan Upacara memasuki tempat upacara
- Komandan Upacara memasuki tempat upacara
- Laporan
- Inspektur Upacara memasuki tempat upacara
- Penghormatan kepada Inspektur Upacara
- Laporan Komandan Upacara kepada Inspektur Upacara
- Pengibaran Sang Merah Putih
- Mengheningkan Cipta
- Pembacaan teks Pancasila
- Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
- Amanat Inspektur Upacara
- Pembacaan doa
- Laporan Komandan Upacara kepada Inspektur Upacara
- Penghormatan kepada Inspektur Upacara
- Inspektur Upacara meninggalkan tempat upacara
- Laporan Perwira Upacara kepada Inspektur Upacara
- Upacara selesai.
Berikut salinann lampirannya:
Tema Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2024
Dalam pedoman tersebut juga disampaikan bahwa Tema Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2024 adalah "Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas Tahun 2045."
Lihat juga Video: 27 Hari Libur Nasional-Cuti Bersama Tahun 2024