Malam Nisfu Syaban dirayakan dengan tradisi unik di berbagai negara. Artikel ini membahas hukum merayakan dengan budaya lokal dan cara menyikapi tradisi baru. [1,093] url asal
Malam Nisfu Syaban adalah malam yang istimewa bagi umat Islam, diperingati pada pertengahan bulan Syaban. Di berbagai belahan dunia, umat muslim merayakan malam ini dengan berbagai tradisi lokal yang unik.
Malan Nisfu Syaban akan jatuh pada Kamis (13/2/2025) malam dan puncaknya pada Jumat (14/2/2025). Lantas, bagaimana hukum merayakan Nisfu Syaban dengan tradisi-tradisi tersebut?
Apakah diperbolehkan mengikuti budaya lokal dalam beribadah, dan bagaimana seharusnya kita menyikapi tradisi yang tidak ada dalam ajaran Islam? Berikut penjelasan lebih lanjut yang telah detikBali rangkum dari berbagai sumber berikut ini.
Tradisi Nisfu Syaban di Berbagai Negara
Perayaan Nisfu Syaban diwarnai dengan beragam tradisi yang berbeda di setiap negara. Berikut adalah beberapa contoh tradisi Nisfu Syaban di berbagai negara:
• Indonesia
Di Indonesia, umat Islam biasanya merayakan malam Nisfu Syaban dengan berkumpul di masjid untuk membaca sholawat dan doa khusus di bulan Syaban. Sebelum itu, mereka juga biasanya berpuasa sunah dan memberikan sedikit makanan dan uang sebagai bentuk amal kepada orang yang kurang mampu.
Tradisi unik lainnya adalah membagikan makanan manis atau 'pesta manisan'. Makanan manis yang dibagikan bisa berupa kue tradisional, dodol, dan kolak. Selain itu, banyak masyarakat yang melakukan tradisi membaca Surat Yasin bersama-sama di masjid atau musholla.
• Turki
Di Turki, malam Nisfu Syaban dikenal dengan nama 'Berat Kandili'. Pada malam ini, masjid-masjid dihiasi dengan lampu-lampu, dan masyarakat berkumpul untuk melakukan ibadah bersama. Umat Islam Turki juga merayakan malam Nisfu Syaban dengan berdoa di dalam masjid.
Mereka menyalakan lampu minyak yang disebut 'Kandil' di masjid-masjid pada malam hari untuk menerangi mereka saat berdoa. Untuk menambah kemeriahan, mereka biasanya mengadakan pesta kembang api dan menghiasi rumah mereka dengan lampu-lampu.
• India
Muslim di India memiliki aturan khusus untuk acara Nisfu Syaban setiap tahunnya. Aturan tersebut dilaksanakan sepanjang 15 hari sebelum perayaan Nisfu Syaban dimulai. Muslim India diwajibkan untuk melaksanakan salat dan membaca Al-Qur'an sepanjang malam di masjid atau di rumah bersama keluarga. Selain itu, mereka juga melaksanakan puasa dan memberikan sedikit makanan dan uang untuk orang miskin.
• Pakistan
Menjelang perayaan malam Nisfu Syaban, sebagian besar masyarakat Pakistan merayakannya dengan melakukan salat malam khusus dan membaca Al-Qur'an sepanjang malam hingga tiba waktu subuh. Selain itu, mereka juga ziarah ke makam untuk mendoakan keluarga yang telah meninggal. Ada juga tradisi memberikan sedikit makanan dan uang kepada orang miskin selama Shab e-Barat berlangsung.
• Malaysia
Tradisi malam Nisfu Syaban biasanya akan diisi dengan pengajian-pengajian agama. Mereka berkumpul dan bersama-sama membaca Al-Quran.
• Irak
Irak memiliki tradisi membagikan permen yang disebut Halva. Anak-anak mengenakan pakaian tradisional warna-warni dan bernyanyi di lingkungan mereka untuk mendapatkan permen.
• Bangladesh
Umat Muslim merayakan festival ini dengan berdoa dan membaca Al-Qur'an. Mereka juga menyiapkan manisan lezat. Halwa dan firni adalah dua item yang paling disukai. Manisan biasanya juga dibagikan kepada tetangga, kerabat, anggota keluarga, dan orang miskin.
• Mesir
Di Mesir, malam Nisfu Syaban disebut "Lailat al-Nusf minSha'ban". Banyak masyarakat yang mengunjungi makam keluarga dan berdoa untuk mereka pada malam ini.
Hukum Mengikuti Budaya Lokal dalam Beribadah
Dalam Islam, mengikuti budaya lokal dalam beribadah diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat. Artinya, tradisi tersebut tidak boleh mengandung unsur syirik, bid'ah, khurafat, atau perbuatan maksiat lainnya. Jika tradisi tersebut tidak melanggar batasan-batasan syariat, maka boleh saja dilakukan sebagai bentuk ekspresi keimanan dan kecintaan kepada Allah SWT.
Namun, perlu diingat bahwa ibadah yang bersifat mahdhah (telah ditentukan tata caranya dalam Al-Qur'an dan Sunnah) tidak boleh diubah atau ditambah-tambah dengan kreasi budaya lokal. Misalnya, tata cara shalat, puasa, zakat, dan haji harus dilakukan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Bagaimana Menyikapi Tradisi yang Tidak Ada dalam Islam
Untuk menyikapi tradisi yang tidak ada dalam Islam, kita harus berhati-hati dan bijaksana. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:
• Mempelajari Asal-Usul Tradisi: Cari tahu asal-usul tradisi tersebut, apakah berasal dari ajaran agama lain, kepercayaan animisme, atau sekadar kebiasaan masyarakat setempat.
• Mengkaji Kandungan Tradisi: Perhatikan apa saja yang dilakukan dalam tradisi tersebut. Apakah ada unsur-unsur yang bertentangan dengan akidah Islam, seperti menyembah selain Allah SWT, meminta pertolongan kepada makhluk halus, atau meyakini adanya kekuatan gaib pada benda-benda tertentu.
• Menimbang Manfaat dan Mudharat: Timbanglah manfaat dan mudharat dari tradisi tersebut. Apakah tradisi tersebut membawa dampak positif bagi masyarakat, seperti mempererat tali silaturahmi, meningkatkan semangat gotong royong, atau melestarikan budaya lokal? Atau justru sebaliknya, menimbulkan dampak negatif, seperti pemborosan, perjudian, atau perpecahan antar umat beragama?
• Menyampaikan Nasehat dengan Lemah Lembut: Jika tradisi tersebut mengandung unsur-unsur yang bertentangan dengan ajaran Islam, sampaikan nasihat kepada masyarakat dengan cara yang lemah lembut dan bijaksana. Jelaskan mengapa tradisi tersebut tidak sesuai dengan syariat Islam, dan berikan alternatif kegiatan yang lebih bermanfaat dan sesuai dengan tuntunan agama.
• Menjaga Ukhuwah Islamiyah: Dalam menyampaikan nasihat, tetaplah menjaga ukhuwah Islamiyah dan hindari sikap yang menghakimi atau menyudutkan. Ingatlah bahwa tujuan kita adalah untuk mengajak orang lain kepada kebaikan, bukan untuk mencari kesalahan atau memecah belah persatuan umat.
Merayakan Nisfu Syaban dengan tradisi lokal diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Kita harus berhati-hati dan bijaksana dalam menyikapi tradisi yang tidak ada dalam Islam, serta senantiasa mengutamakan persatuan dan kesatuan umat. Semoga bermanfaat!